Tanya:
Apakah kalau ada gerhana kita di tuntunkan untuk azan? (Hanafi, Gunung Sulah)
Jawab:
Tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kalau ada gerhana lalu kita dianjurkan untuk mengumandangkan azan, yang ada adalah kita disyariatkan untuk mengerjakan shalat kusuf (sholat ketika terjadi gerhana). Sholat ini dilakukan sebanyak dua rakaat seperti shalat biasa, hanya perbedaannya, setelah kita rukuk kita bangun lalu kita membaca al fatihah dan surat kembali, demikian pula pada rakaat yang kedua. Jadi dalam setiap rakaat membaca al fatihah dan suratnya dua kali, begitu juga di rakaat yang kedua.
Dan terjadinya gerhana ini baik gerhana matahari atau gerhana bulan tidak ada hubungannya dengan kematian atau kelahiran seseorang, namun itu adalah semata-mata merupakan salah satu tanda kebesaran Allah it di alam semesta ini yang ditampakkan kepada hamba-hamba-Nya agar mereka mengakui keagungan-Nya dan tidak mengingkarinya.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah yang shahih:
فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ
بِالنَّاسِ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ ثُمَّ فَعَلَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي الْأُولَى ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدِ انْجَلَتِ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُو
"Dari Aisyah bahwasanya ia berkata: "Pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terjadilah gerhana matahari. Lalu Rasulullah melakukan sholat bersama orang-orang. Beliau berdiri dan memanjangkan (bacaan) ketika berdiri kemudian rukuk dan memanjangkan rukuknya, kemudian berdiri lagi dan memanjangkan berdirinya namun tidak selama yang pertama. Kemudian rukuk dan memanjangkan rukuknya namun tidak sepanjang rukuk yang pertama, kemudian sujud dan memanjangkan sujudnya kemudian beliau melakukan yang demikian pada rakaat yang kedua. Ketika beliau selesai sholat, matahari sudah nampak lalu beliau berkhutbah dihadapan orang-orang. (Memulai Khutbahnya) dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian berkata: "Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, tidak terjadi gerhana pada keduanya lantaran kematian atau kehidupan seseorang. Maka apabila kalian melihat gerhana tersebut berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, sholatlah dan bersedekahlah." (HR. Bukhari No 1044)
Apalagi kebiasaan sebagian masyarakat yang jika terjadi gerhana, mereka memukul-mukul lesung dan kentongan, para wanita yang hamil bersembunyi dikolong ranjang tempat tidur dan hal-hal yang aneh lainnya, ini semua adalah bid'ah dan khurafat yang diadaadakan, yang sama sekali tidak ada tuntunannya dalam Islam bahkan bertentangan dengan aqidah yang shahihah.
Jadi, apabila terjadi gerhana baik itu gerhana matahari ataupun gerhana bulan, kita disyari'atkan untuk melakukan sholat kusuf (sholat gerhana), banyak berdzikir dan banyak bersedekah, sebagaimana disebutkan dipenghujung hadits riwayat Imam Bukhari di atas. Wallahu Ta'ala a'lam bish showab
Tidak Disyari'atkan Azan Ketika Terjadi Gerhana
Diposting oleh
Irfani, S.Pd.I
Minggu, 10 Agustus 2008
gerhana
jazakumullah ilmu ini,
wasalam...